Sabtu, 25 Juni 2016

1. Hanya karena masalah hari, semua sirna

      Entah apa yag ada dipikiran bapak, saat menjelang hari bahagiaku. Kenapa beliau tepat mempertahankan egonya??. Calon mama mertuaku telah datang melamar sambil membawakan bingkisan2 cantik dan satu amplop uang untuk dijadikan seserahan. Senyum sumeringah diperlihatkan calonmama papa mertuaku serta yang pasti calon suamiku " abang". Acara penerimaan sudah berjalan sesuai dengan susunan acara lamaran yang sudah kami buat. Namun apa yang terjadi, sesi akhir yang membuat hati ku bergetar, diam, mati dan ketakutan. Terjadi perdebatan untuk hari H acara pernikahanku. Calon besan ingin di hari Sabtu, sedangkan bapak ingin di hari Minggu. Memang yang menerima calon besan hanya bapak ku saja beserta keluarga dekat yang ada di sekitar rumah saja. Ibuku sejak aku berusia 10 tahun sudah meninggal dunia karena melahirkan adikku si bungsu. Perdebatan itu mulai memanas, sampai pada akhirnya tidak ada solusi diantara hari sabtu dan minggu, diantara ego nya padang dan sunda. Tangis di pipiku semakin mengucur deras. Betapa tidak, semua sirna tanggal pernikahan tidak dapat ditentukan karena hanya masalah hari. Ya Allah... mengapa ini harus terjadi pada hidupku. Keluarga calon besan pulang dengan wajah merah marah. "abang hanya menunduk tak berkata dan berbuat apapun....." aneh...... hidupku semakin aneh.... Pernikahan kandas begitu saja hanya karena masalah hari.

2. Lembar Hidup ketika hampir tak bernyawa

          Setelah duri yang telah menusuk di hati, membuat perih yang berkepanjangan. Tak ada obat, tak ada air, tak ada apapun yang mengobati. Hari demi hari ku lewati dengan wajah murung, gelisah, marah, semua berkecambuk dalam satu asa. Di suatu hari, ketika semua kejadian itu hampir terkubur oleh waktu. Saat mata terlelap dalam tidur ku di dalam bis kota menuju tempat kerjaku. Ada yang menepak pundakku seraya berkata " Mba....maaf bisa saya duduk di sebelahmu?. Ketika kulihat ada sesosok Manusia berjenis laki-laki yang meminta ku untuk bisa duduk di sebelahku karena saat itu hanya kursi itu yang kosong. " Silahkan mas... aku menjawab sambil memperlihatkan muka ngantukku. Aku berangkat ke tempat kerja ku dari mulai pukul  06.00 pagi, pantas saja aku mengantuk sekali, sampai di bis bisa tertidur. Namun, perasaan kantuk ku bisa hilang, karena kesupelan orang ini. Oh....manusia ini bisa mengajakku berbicara, berbincang-bincang tanpa aku bisa menyadarinya. Sampai akhirnya, orang ini memperkenalkan dirinya padaku. Dilihat-lihat orang tinggi kurus ini cukup manis. Sampai-sampai bisa membuat kantuk ku hilang. Sepertinya tidak nyambung sekali antara kantuk dan manisnya orang itu. Ternyata, dia turun di halte yang sama di mana tempatku bekerja. Dia bekerja di sebuah percetakan yang bagus di kawasan itu. Tiba-tiba dalam pikirannku apakah ini pangerang pengganti "abang" yang hilang oleh hari dan waktu. Bodoh sekali aku punya perasaan yang sangat keterlaluan pede nya. Saat itu aku masih terselimuti kegalauan dan keterpurukan hidup. Berawal dari kejadian ini, jalan punya cerita akhirnya aku dekat dengan pria tinggi kurus ini. Dia kupanggil dengan sebutan " Aa"....

3. Gentle nya " Aa" ini.....

         Hari demi hari terlewati .....

bersambung......satu minggu akan liris.....